“First your parents, they give you your life, but then they try to give you their life.” Orang tua, rela mengorbankan apa saja demi kebahagiaan anaknya. Tidak hanya harta, bahkan nyawa pun mereka pertaruhkan. Tidak ada cinta yang begitu kuat dan tulus, selain cinta orang tua kepada buah hatinya. Risiko apapun dihadapi, mempertaruhkan hidup pun dijalani. Karena bagi mereka, bahagia adalah melihat buah hatinya tersenyum lega. Bekerja siang malam demi memenuhi kebutuhan sang putri namun ternyata masih mencukupi, seorang ayah rela menjual ginjalnya. Ya, ginjal yang tidak akan ada gantinya di toko manapun itu rela dijualnya demi putrinya tercinta.
Karena putriku adalah separuh napasku
Sugianto,
laki-laki berusia 45 tahun itu membuat ribuan pasang mata yang melintas
di bundaran Hotel Indonesia menoleh kepadanya. Bagaimana tidak,
Sugianto membawa poster yang bertuliskan 'Kepada Saudara yang butuh
ginjal, kami siap jual. Tubuh kami siap dibelah demi untuk menebus
ijazah'. Sugianto berdua putrinya, Ayu membawa poster itu dan
mengedarkannya di seputar bundaran HI. Banyak pengendara yang terhenyak
dan berhenti sejenak.
Tidak ada orang yang ingin hidup
dengan satu ginjal saja. Namun Sugianto rela organ tubuhnya pincang agar
masa depan Ayu cemerlang. Sugianto berkata bahwa dia akan melakukan apa
saja untuk menebus ijazah SMU milik Ayu yang tertahan di sekolahnya
lantaran tunggakan biaya. Bagi Sugianto, Ayu adalah prioritas utama yang
membuatnya tak segan menjual ginjal dan menanggung risiko yang tak
kecil.
Putriku harus sekolah, aku tidak akan menyerah
Ayu
menunggak biaya sekolah sebanyak 17 juta rupiah. Angka yang sangat
besar bagi Sugianto yang berprofesi sebagai penjahit dan berpenghasilan
2,5 juta per bulan tersebut. Sebenarnya, Ayu bersekolah di sekolah yang
gratis namun ketika sekolah itu berganti aturan, tiba-tiba Ayu harus
membayar 17 juta agar bisa mendapatkan ijazah SMU nya. Sugianto tak
berdaya, dirinya tak punya harta yang bisa dijual untuk menebus ijazah
putri tercintanya. Sugianto hanya punya ginjal yang dia relakan dijual
agar Ayu bisa mendapat Ijazah dan kuliah.
"Untuk itu
saya jual ginjal saya sesuai dengan tagihan anak saya. Sebetulnya Rp 1
miliar tidak akan saya jual cuma ini demi masa depan anak," ujar
Sugianto dengan tatapan menerawang. Dia menghela napas dalam, dan
menghembuskannya dengan berjuta beban yang dipikulnya sendirian.
Istrinya sudah meninggal 12 tahun yang lalu dan Ayu adalah satu-satunya
yang berharga baginya. Kamu harus bisa jadi sarjana nak, bagaimanapun
caranya…
Aku berusaha sekuat tenaga untuk masa depan putriku tercinta
Sebelum
Sugianto menawarkan ginjalnya seperti ini, sebelumnya dirinya sudah
mendatangi Komnas HAM, menyurati Komisi X DPR RI hingga minta keringanan
dari pihak sekolah namun tidak membuahkan hasil. Sugianto tak ingin
mengemis dan pasrah, karena dia tahu bahwa hidup itu keras dan tidak
mudah. Putrinya sudah menentang keinginannya untuk menjual ginjal, namun
Sugianto tetap berkeras hati. Sugianto tidak ingin putrinya hanya
berpendidikan rendah dan berakhir menjadi pekerja seperti dirinya.
Sugianto menaruh harapan tinggi, bahwa putrinya akan memiliki nasib yang
lebih baik darinya suatu saat nanti.
Cinta sejati, tak
akan segan melakukan pengorbanan besar bahkan rela mati. Orang tua,
bagaimanapun caranya, ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya.
Kasih mereka sepanjang jalan, tak pernah terputus walau harus menghadapi
berbagai rintangan. Di luar sana mungkin ada Sugianto-Sugianto lain
yang berjuang keras untuk biaya sekolah anak-anaknya tanpa peduli dengan
bahaya yang mungkin mengancam nyawa mereka.
sumber : vemale
Tidak ada komentar:
Posting Komentar