Minggu, 24 Juni 2012

Renungan, Kesetiaan Seorang Suami


Sebuah Perenungan "Kesetiaan seorang Suami"
Seorang Suami (S) dan
Gadis penggoda (G)
mereka kenal di sebuah kantin komplek perkantoran, setelah tukar pin, esoknya si gadis mulai bbm
G: "Mas hebat ya. Punya usaha sendiri, sukses pula.."
S: "Terima kasih ya.."
Esoknya lagi,
G menelpon S, sekedar "say halo, kapan ya mas, kita makan bareng lagi?"
S: "oke kapan aja boleh.."
Setelah itu mereka masih sering berhubungan melalui BBM dan telepon, sesekali juga janjian pergi makan siang bersama.
Hari-hari berlalu, tiada hari tanpa kontak antara mereka. Sampai suatu hari, si gadis BBM, isinya adalah: "Mas.. Sebenarnya aku mencintaimu, aku tau kamu udah punya keluarga, tapi aku mau menerima kondisi sebagai isteri ke 2 mu, aku siap mas.. Dan maaf aku mengganggu perasaanmu.."
Dengan berat hati S menjawab:
"Dik, aku mengerti dan paham maksudmu.. Tapi dengan berat hati aku harus jawab,,,"
"TIDAK!!!"
"aku tau kamu memang cantik, dan aku yakin semua lelaki pasti mengatakan tubuh dan parasmu elok dan cantik.
Tapi.. Tahukah kamu kenapa aku bisa tampil baik dan sukses seperti ini..??
itu semua karena dorongan dan semangat istriku..
sungguh sangat berdosa kalau aku harus berselingkuh dengan seseorang yang hanya mengagumiku, karena tahu kalo aku sekarang sudah sukses... Kamu menyukai aku tidak ikhlas, kamu hanya melihat tampilanku semata... Padahal ada orang kesayangan di rumah yang telah bersusah payah mendorong aku agar selalu tampil sebaik mungkin, dia adalah isteriku tercinta."
"kalau kamu menyukai aku, artinya kamu tinggal memetik hasilnya, dan cara ini tidak pernah abadi.
Taukah kamu bahwa aku memulai ini dari nol dan isteriku yang selalu mendampingiku dikala susah, terpuruk dan sukses seperti ini.
Taukah kamu bahwa isteriku yang selalu mendoakan kesuksesanku hingga aku bisa menjadi seperti ini."
"Kamu memang cantik, tapi hati isteri ku lebih cantik...? ?
Terima kasih, walau bagaimanapun kau telah mengagumiku.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Choose Label

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani