Senin, 03 September 2012

3 September 2004: Pembantaian di Sekolah Negeri Beslan

PEMBUNUHAN
Pada delapan tahun silam, para murid dan guru suatu sekolah negeri di Kota Beslan, Rusia, menjadi korban pembantaian para teroris. Mereka berhari-hari disandera dalam keadaan memilukan, sebelum akhirnya tewas oleh aksi nekat teroris dalam suatu upaya penyelamatan oleh pasukan Rusia.
Menurut stasiun berita BBC, penyanderaan itu berlangsung selama 1-3 September 2004. Sebanyak 1.100 orang dijadikan sandera, termasuk 777 anak-anak.
Namun, insiden itu pada akhirnya menewaskan sedikitnya 334 sandera, termasuk 186 anak-anak. Selain itu, tak sedikit sandera terluka dalam aksi penyelamatan sandera yang berlangsung dramatis, setelah aparat keamanan Rusia gagal bernegosiasi dengan kelompok teroris.

Penyanderaan dimulai pada Rabu pagi hari 1 September 2004, saat jam belajar baru mulai berlangsung di Sekolah Negeri 01 Beslan, yang terletak di Republik Ossetia Utara, Rusia. Bersenjatakan senapan api dan bom di sabuk, sejumlah pria dan wanita bertopeng menggiring para murid sekolah ke dalam suatu ruangan.
Para penyandera itu adalah kelompok Batalion Riyadus-Salikhin, yang dikirim oleh pemimpin separatis Chechen, Shamil Basayev. Mereka berupaya mengusir pasukan Rusia dari Chechnya, agar bisa memerdekakan diri dari Moskow.
Tidak bisa berperang secara frontal, mereka akhirnya menggunakan teror, mulai dari penembakan hingga pengeboman. Bahkan, saat itu mereka menggunakan anak-anak sekolah di Beslan sebagai “perisai hidup” sekaligus sandera.
Kelompok teroris itu mengancam bakal meledakkan gedung sekolah beserta seisinya bila pasukan Rusia berani masuk dan menyerang. Menurut kantor berita Itar-Tass, sebagai para penyandera saat itu menuntut pihak keamanan agar membebaskan para milisi Chechen yang ditahan di provinsi tetangga, Ingushetia, dalam penyerbuan oleh pasukan Rusia Juni 2004.
Awalnya, negosiasi berjalan cukup lancar, dengan dilepaskannya 26 perempuan dan anak-anak dari gedung sekolah. Namun, keesokan harinya pada 3 September 2004, situasi menjadi mencekam setelah terdengar dua bunyi ledakan, disusul oleh tembakan senjata api.
Tak lama kemudian, pasukan Rusia menyerbu masuk ke gedung sekolah. Tembak-menembak secara brutal antara pasukan keamanan dan kelompok penyandera pun tak terelakkan.
Para sandera sebisa mungkin berlarian menyelamatkan diri dari gedung sekolah walau dalam keadaan terluka dan syok berat. Ada beberapa yang mengaku bahwa, selama penyaderaan, mereka harus melepas baju dan terpasa minum air seni milik sendiri karena tidak ada air bersih,
Presiden Vladimir Putin mengaku bahwa penyelamatan sandera itu berlangsung tidak seperti diharapkan. Keluarga korban banyak yang menyalahkan pemerintah karena bertindak ceroboh atas penyelamatan itu.

sumber: dunia.news.viva.co.id
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Choose Label

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani